Pendahuluan
a. Deskripsi singkat topik pembelajaran
Untuk topik ini pembelajaran menggunakan metode ceramah (kuliah tatap muka),
diskusi dan praktikum. Alokasi waktu tatap muka dan diskusi adalah 2 kali
pertemuan (2 x 100 menit).
Unsur yang diberikan pada topik ini adalah embriologi alat reproduksi hewan
jantan, testes, saluran reproduksi, kelenjar kelamin dan penis. Embriologi alat
reproduksi hewan jantan mengupas perkembangan alat reproduksi sebelum kelahiran
(prenatal) termasuk diferensiasinya. Perkembangan alat reproduski setelah
kelahiran juga dibahas pada topik ini. Anatomi (makroskopois dan mikroskopis)
dan fungsi dari testes, saluran kelamin dan penis juga dikupas secara
mendetail. Kelenjar kelamin merupakan faktor yang sangat erat dengan
berfunginya alat kelamin secara normal sehingga sangat penting untuk dibahas,
terutama tentang macam-macam dan fungsi masing-masing kelenjar kelamin.
Pada akhir kuliah, mahasiswa diberi kesempatan bertanya dalam rangka memantapkan
pemahaman mahasiswa tentang topik ini. Mahasiswa juga diberi kesempatan untuk
menjawab pertanyaan mahasiswa lain agar suasana kelas lebih hidup. Pada minggu
ke 3 mahasiswa di berikan latihan berupa praktikum di laboratorium. Untuk
memantapkan pengetahuan mahasiswa tentang histologi dan anatomi alat reproduksi
hewan jantan maka praktikum dilakukan dengan cara mengamati alat reproduksi
segar sapi dan kambing/domba jantan dan pengamatan mikroskopis dengan
menggunakan preparat histologi.
b. Manfaat dan relevansi topik pembelajaran
Salah satu tujuan umum pembelajaran mata kuliah ini adalah agar mahasiswa mampu
membandingkan dan menyimpulkan perbedaan alat reproduksi hewan jantan dan
betina mulai dari sebelum kelahiran (prenatal) sampai setelah kelahiran (postnatal),
dapat menggambarkan histologi alat reproduksi hewan jantan dan betina, dapat
menguraikan fungsi masing-masing alat reproduksi hewan jantan dan betina. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut maka topik pembelajaran Sistem Reproduksi Hewan
Jantan diberikan berurutan dengan Sistem Reproduksi Hewan Betina agar
memudahkan pemahaman mahasiswa karena secara umum sistem reproduksi hewan
jantan tidak sekomplek daripada sistem reproduksi hewan betina. Disamping itu
topik pembelajaran ini berguna bagi mahasiswa sebagai dasar pengetahuan apabila
mahasiswa berminat mempelajari teknologi reproduksi yang menggunakan
sperma/hewan jantan.
c. Tujuan instruksional khusus topik pembelajaran
Mampu menguraikan perkembangan alat reproduksi hewan jantan mulai dari sebelum
kelahiran (prenatal) sampai setelah kelahiran (postnatal), dapat menjelaskan
macam dan histologi alat reproduksi hewan jantan, dapat menguraikan fungsi dari
masing-masing alat reproduksi hewan jantan.
Penyajian Topik Pembelajaran
a. Embiologi Alat Reproduksi Hewan/Ternak Jantan
a. Embriologi alat reproduksi hewan jantan
Pada fertilisasi spermatozoa yang membawa gamet X dan Y berfusi dengan ovum
yang membawa gamet X, sehingga akan terbentuk zigot baru yang mungkin membawa
gamet XX atau XY. Pada manusia dan kebanyakan ternak, kelamin heterogametik
(XY) adalah jantan, sedangkan kelamin homogametik adalah betina (XX).
Pada stadium embrional, di dalam embrio tersebut telah terdapat alat-alat yang
nantinya akan berkembang dan berdiferensiasi menjadi alat repoduksi. Alat-alat
tersebut adalah gonad, duktus Mülleri, duktus mesonephros, tubulus mesonephros,
dan sinus urogenitalis. Pada hewan jantan, gonad akan berkembang menjadi
testes, tubulus mesonephros berkembang menjadi vasa eferensia (duktulic
efferentes). Duktus mesonephros akan berkembang menjadi duktus epididymis
(dekat testes) dan duktus deferen (bermuara pada sinus urogenitalis) dan bagian
ujung duktus mesonephos akan berkembang menjadi kelenjar vesikularis. Sinus
urogenitalis pada hewan jantan berkembang menjadi:
1. Urethra (canalis urogenitalis), yang terdiri dar 3 bagian: Pars pelvina,
Pars bulbourethralis, Pars penis
2. Kelenjar prostata
3. Kelenjar bulbourethralis
Keberhasilan diferensiasi alat kelamin jantan dipengaruhi oleh hormon androgen
dan MülleriInhibitory Substance (MIS). Pada perkembangan yang tidak normal
dapat menimbulkan kelainan pada hewan ternak, yaitu antara lain:
1. Intersex/hermaphrodite
Pada hewan ternak kadang-kadang ditemukan pseudohermaphrodite. Disebut female
phrodite bila penampilan luar betina namun alat kelaminnya jantan, sedangkan
male phrodite bila penampilan luar jantan namun alat kelaminnya betina.
2. Sisa-sisa tubulus mesonephros
Sisa-sisa tubulus mesonephros ini berupa paradidimis dan vasa aberansia. Pada
perkembangan yang sempurna sisa-sisa ini tidak dijumpai.
3. Sisa-sisa duktus Mülleri
Sisa-sisa duktus Mülleri ini akan membentuk uterus maskulinus. Pada hewan
jantan yang berkembang normal duktus ini tidak berkembang dan akan teregresi.
Alat kelamin luar pada hewan jantan adalah penis yang berkembang dari
tuberculum genitalis. Penis terdiri dari preputium dan skrotum. Testis yang
terbentuk pada prenatal akan turun dari rongga perut ke skrotum. Peristiwa ini
disebut descencus testiculorum. Pada sapi peristiwa descencus testiculorum
selesai pada pertengahan kehidupan intra uterin (kebuntingan), sedangkan pada
kuda dekat sebelum/sesudah dilahirkan, pada babi seperempat akhir kehidupan
intra uterin. Jika karena sesuatu hal testis tidak turun dalam skrotum dan
masih tertinggal dalam rongga perut dapat mengakibatkan kelainan yang disebut
cryptorchidismus atau cryptocid. Bila salah satu testes yang tidak turun ke
dalam skrotum disebut cryptochid unilateral. Pada kelainan ini hewan jantan
masih fertil karena masih bisa menghasilkan spermatozoa. Bila testis dua-duanya
tidak turun dalam skrotum disebut cryptochid bilateral. Pada kelainan ini hewan
jantan steril karena tidak mampu menghasilkan sperma. Peristiwa cryptocid
jarang dijumpai pada sapi, domba dan kambing, tetapi sering dijumpai pada kuda
dan babi.
Perkembangan postnatal (setelah dilahir) yang berkembang adalah ukuran dan
susunan bagian-bagian alat reproduksi. Perkembangan ini sangat erat
hubungannnya dengan hormon-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh alat
reproduksi itu sendiri atau dari kelenjar lain, baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung
a. Testis
Testis merupakan alat reproduski primer bagi hewan jantan karena menghasilkan
spermatozoa (jamak: spermatozoon). Bentuk testis pada sapi bulat panjang sumbu
arah vertical. Pada sapi dewasa panjang testis 12-15 cm, diameter tengah nya
6-8 cm dan beratnya 300-500 gram.
Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albugenea) yang banyak
mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok.
Dibawah tunica albugenea terdapat parenkim yang menjalankan fungi testis.
Parenkim membentuk saluran yang berkelok-kelok. Tubulus seminiferus terletak di
dalam lobus-lobus kerucut, merupakan saluran panjang di dalam testis,
berdiameter 200 mikron. Setiap lobus-lobus kerucut mempunyai saluran keluar
disebut tubulus rektus seminiferus. Muara tubulus rektus seminiferus bergabung
membentuk anyaman yang disebut rete testis. Dari muara rete testis terbentuk
12-15 saluran yang disebut duktus eferen/eferentes. 12-15 saluran tersebut
bergabung menjadi satu masuk ke dalam duktus epididymis.
b. Tubulus seminiferus
mengandung berbagai macam bentuk sel yang merupakan
perkembangan dari spermatozoon. Di dalam parenkim diantara tubulus seminiferus
ditemukan sel-sel interstitial atau sel-sel leydig. Luteinizing hormone (LH)
memacu sel-sel leydig untuk menghasilkan testosteron dan sedikit androgen.
Skrotum adalah dua lobus kantong yang membungkus testis. Pada kebanyakan
spesies skrotum berlokasi di daerah inguinal diantara dua kaki. Kulit di daerah
skrotum berbulu halus dan jarang, serta kurang mengandung lemak di bawah kulit.
Pada fase embrional, skrotum mempunyai original jaringan yang sama dengan labia
mayor pada hewan betina. Skrotum tersusun dari lapisan terluar yang terususun
dengan serabut otot polos, tunika dartos. Tunika dartos membagi skrotum menjadi
2 bagian dan ini menempel pada tunika vaginalis. Skrotum berfungsi untuk
melindungi dan menyokong testis, mengatur temperatur testis dan epididymis
supaya temperatur dalam testis 4-7 derajad Celcius dibawah temperatur tubuh.
Mekanisme pengaturan panas/termoregulator dilakukan oleh dua musculus, yaitu
musculus cremaster externus dan musculus cremaster internus. Kedua otot
(musculus) ini akan menarik testes ke atas menedekati rongga perut untuk
mendapatkan pemanasan. Tunika dartos menarik testes mendekati perut sehingga
permukaan testis menjadi lebih kecil dan melipat untuk mencegah pengeluaran
panas. Apabila temperatur panas, kedua otot ini relaksasi sehingga testes turun
(menggantung) menjauhi perut dan permukaan mengembang untuk mempercepat
pengeluaran panas. Struktur arteri testis berkelok-kelok dan membentuk kerucut,
struktur ini ikut berperan pada pengaturan panas (lihat di buku Bearden and
Fuquay, 1980 dan Hafez, 1993 untuk mendapatkan penjelasan secara detail
mekanisme pengaturan suhu pada skrotum)
c. Saluran reproduksi hewan jantan
Saluran reproduksi hewan jantan adalah epididymis, vas deferen dan urethra.
1. Epididymis
Epididymis berbentuk bulat panjang dan melekat pada testis. Epididymis terbagi
3 bagian, yaitu caput (kepala), corpus (badan) dan cauda (ekor). Caput
epididymis menelungkupi testis. Epididymis berisi duktus, mulai caput
berkelok-kelok rapat sekali. Panjang duktus epididymis bila direntangkan adalah
36 m pada sapi dewasa, 54 m pada babi dewasa. Duktus berasal dari duktus
efferen. Duktus efferen berdiameter 100-300 mikron dan hanya berisi sedikit
spermatozoa. Fungsi epididymis adalah:
a. Transportasi sperma
Sperma dapat mengalir dari rete testis ke duktus efferent oleh karena adanya
tekanan di tubulus contortus seminiferus dan kontraksi epididymis. Perjalanan
sperma dari tubulus seminiferus sampai cauda epididymis memerlukan waktu 7-9
hari pada sapi dewasa, 13-15 hari pada domba, 9-12 hari pada babi dan 8-11 hari
pada kuda. Perjalanan spermatozoa ini tergantung pada frekuensi ejakulasi.
b. Tempat pemadatan sperma
Di dalam testes sperma berupa cairan yang encer. Pada waktu melewati epididymis
sperma akan mengalami penyerapan cairan oleh epithel dinding epididymis.
Penyerapan ini terutama terjadi pada bagian caput epididymis yang banyak
memiliki sel-sel yang tinggi dan bersilia panjang. Akibatnya sperma menjadi
lebih pekat ketika sampai di bagian cauda epididymis.
c. Tempat pemasakan sperma
Pada saat meninggalkan tubulus contortus seminiferus secara morfologis sperma
sudah sempurna tetapi masih membawa butiran sitoplasma. Sepanjang perjalanannya
dalam epididymis letak butiran-butiran sitoplasma yang mula-mula dekat pangkal
leher makin turun sampai ketika keluar dari epididymis sperma sudah tidak
membawa butiran-butiran sitoplasma. Hilangnya butiran-butiran sitoplasma ini
merupakan proses pemasakan lebih lanjut dan hal ini dapat terjadi karena
pengaruh sekresi oleh sel-sel epitel pada duktus epididymis.
d. Tempat penimbunan sperma
Cauda epididymis merupakan tempat penimbunan spermatozoa. Konsentrasi sperma
pada bagian ini sangat tinggi (4×106/mm3). Meskipun cauda epididymis hanya
seperempat dari epididymis tetapi separuh dari spermatozoa disimpan di bagian
ini. Kondisi cauda sangat cocok bagi kehidupan spermatozoa dan di bagian ini
spermatozoa tidak mengadakan kegiatan metabolisme. Kehidupan spermatozoa yang
cukup lama dalam cauda disebut sebagai peristiwa anabiosa alam.
2. Vas deferen
Merupakan saluran sperma lanjutan dari cauda epididymis sampai ke urethra.
Diameter bagian luar sekitar 2 mm dan berdinding yang mengandung muskulus yang
tebal. Vas deferen berjalan ke atas menempel pada corpus epididyimis dan
salurannya makin lurus, dekat caput epididymis makin halus dan bersama dengan
pembuluh darah, pembuluh limfe dan urat syaraf membentuk funiculus spermaticus,
kemudian masuk ke rongga perut melalui canalis inguinalis. Berjalan proximal
dalam rongga perut dan makin keatas dindingnya makin tebal dan diameternya
makin besar membentuk ampula (ampullae ductus deferentis). Di depan vesika
urinaria membelok ke belakang masuk ke dalam rongga pelvis dan bermuara pada
urethra pars pelvina (UPP). Penebalan dari ampula karena adanya banyak kelenjar
pada dinding dan struktur dinding ampula mirip kelenjar vesikularis. Pada sapi
dewasa ampula berdiameter 10-15 cm dengan ketebalan 1 cm, pada kuda diameter 20
cm dengan ketebalan 2 cm, pada kambing diameter 7 cm dengan ketebalan 0,2-0,5
cm. Ampula mengandung epitel yang terdiri atas sel kelenjar yang banyak
menghasilkan fruktosa dan asam sitrat. Pada ruminansia, UUP membentuk bangunan
yang berbentuk kerucut yang disebut colliculus seminalis.
3. Urethra
Urethra berfungsi untuk menyalurkan sperma dan urine (canalis urogenitalis).
Menurut letaknya urethra dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Pars pelvina
Terletak dalam cavum pelvis. Bagian ini berotot tebal yang disebut musculus
urethralis. Pada sapi urethra pars pelvina panjangnya 15-25 cm mulai dari muara
ampula. Bagian ini berbentuknya seperti pipa yang ditutupi oleh musculus
urethralis dan musculus bulbocavernasus.
b. Pars bulbourethralis
Terletak di lengkungan tulang os ischiadicus. Di daerah archus ischiadicus.
c. Pars Penis
Terletak di sepanjang penis dari pangkal sampai ujung penis.
Bagian belakang dari vesica urinaris terdapat bangunan kecil (colliculus
seminalis). Di bagian depannya adalah muara bersama dari ampula dan saluran
kelenjar vesikularis. Collicus seminalis terdiri dari jaringan caversus yang
banyak mengandung pembuluh darah yang akan menutup leher vesika urinaria selama
ejakulasi sehingga sperma tidak tercampur urine dan sebaliknya sperma tidak
masuk ke vesika urinaria. Kelenjar prostata mempunyai banyak muara keluar
kecil-kecil terletak teratur sepanjang dinding urethra, sedangkan kelenjar
bulbo urethralis kedua saluran keluarnya terletak sedemikian rupa sehingga
alirannya dapat membersihkan bagian distal urethra bebas dari urin sebelum
ejakulasi.
d. Kelenjar kelamin tambahan (asesoris)
Kelenjar kelamin tambahan pada hewan jantan berfungsi untuk membebaskan zat-zat
tertentu yang ditambahkan dalam plasma yang sangat diperlukan untuk kehidupan
spermatozoa. Bahan-bahan yang ditambahkan ini berupa bahan-bahan organik
(karbohidrat, vitamin, enzim) atau an organik (garam-garam mineral). Kelenjar
tambahan /asesoris ini adalah:
1. Kelenjar vesicularis
Ada sepasang kelenjar vesicularis yang terletak di kanan-kiri ampula duktus
deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-lobus.
Pada kuda kelenjar ini bentuknya memanjang. Saluran keluar dari kelenjar ini
bermuara ke dalam urethra, secara umum muaranya menjadi satu dengan ampula
sehingga ada 2 muara di kiri dan kanan. Muara ini disebut ostium ejaculatorium.
Kadang-kadang muaranya terpisah, yaitu muara kelenjar vesicularis berada di
bagian cranial dari kelenjar ampula. Sekresi kelenjar ini banyak mengandung
protein, potasium, fruktosa, asam sitrat, asam askorbut, vitamin dan enzim,
warnanya kekuning-kuningan karena banyak menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2.
Sekresi kelenjar vesicularis pada sapi merupakan 50% dari total volume
ejakulasi, sedangkan pada kuda dan babi lebih sedikit prosentasenya.
2. Kelenjar prostata
Pada sapi sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus. Kelenjar ini lebih
dikenal daripada kelenjar vesicularis. Terdiri dari 2 bagian, badan prosatata
dan prostata yang cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di belakang ampula
dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus prostata. Badan
prostata berukuran lebar 2,5-4,0 cm dan tebal 1,0-1,5 cm. Bagian prostata yang
cryptik disebut pars disseminata. Pars diseminata mengelilingi urethra pars
pelvis. Di bagian dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm, panjang 10-12 cm
dan tertutup oleh otot urethra. Sekresi kedua bagian ini melalui beberapa muara
kecil masuk ke dalam urethra. Sekresinya banyak mengandung ion an organik (Na,
Cl, Ca, Mg). Pada sapi sekeresinya sangat encer dan mempunyai pH yang basa
(7,5-8,2).
3. Kelenjar bulbourethralis
Sepasang, terdapat di sebelah kanan dan kiri urethra bulbourethralis, dibawah
musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini sebesar buah kemiri, padat
dan mempunyai kapsul. Pada babi ukuran kelenjar ini lebih besar.
e. Penis
Penis merupakan organ kopulatoris pada hewan jantan, mempunyai tugas ganda
yaitu pengeluaran urine dan peletakan semen ke dalam saluran reproduksi hewan
betina. Penis berbentuk silinder panjang dan bersifat fibroelastik atau kenyal
(lihat di buku Sorensen, 1979). Penis membentang ke depan dari arcus
ischiadicus plevis sampai ke daerah umbilikus pada dinding ventral perut. Penis
ditunjang oleh fascia dan kulit.
Penis terdiri dari akar atau pangkal, badan penis dan ujung penis. Bagian
pangkal penis melekat pada pelvis. Akar penis dibentuk oleh dua cabang, crus
penis kanan dan kiri, yang mempertautkan penis pada kedua sisi arcus
ischiadicus.
Musculus ischio cavernous atau erector penis adalah sepasang otot pendek yang
timbul dari tuber ischii dan ligamentum sacroischiadicum dan bertaut pada
corpus penis. Musculus retractor penis adalah otot licin yang bertaut pada
vertebrae coccygea pertama kedua, berpisah dan bertemu kembali dibawah anus.
Pasangan otot ini berfungsi menarik kembali penis ke dalam preputium sesudah
ejakulasi dan mempertahankan posisi ini dalam keadaan tidak ereksi. Jaringan
penis bersifat fibro-elastik dan agak kaku walaupun dalam keadaan tidak ereksi.
Sebagian besar penis dalam keadaan tidak ereksi berbentuk huruf S yang disebut
flexura sigmoidea. Pada ruminansia bangunan tersebut terletak di belakang
testis, sedangkan pada babi terdapat di depan testis. Pada kuda tidak dijumpai
bangunan tersebut. Badan penis mengandung 3 buah batang longgar dan berongga
yang dapat dianggap sebagai kapiler-kapiler yang sangat membesar dan bersambung
dengan vena penis. Ereksi penis biasanya disebabkan oleh pembesaran
rongga-rongga ini oleh darah yang berkumpul. Dua buah batang di bagian dorsal,
disebut corpus cavernosum, satu buah di bagian bawah, disebut corpus carvenosum
urethra atau corpus spongiosum penis. Badan penis diselaputi oleh suatu
selubung fibrosa tebal yang berwarna putih, disebut tunica albugenia. Tunica
albugenia yang mengelilingi corpus carnevosum penis lebih tebal. Bagian ujung
atau glan penis terletak bebas di dalam preputium, tersusun dari corpus
spongiosum glandis. Permukaan glan penis mengandung ujung-ujung saraf sensoris
dan lubang keluar yang disebut orificium urethrae.
Preputium adalah suatu invaginasi berganda dari kulit yang berisi dan
menyelubungi bagian bebas penis sewaktu tidak ereksi dan menyelubungi badan
penis caudal dari glan penis sewaktu ereksi. Preputium melindungi penis dari
pengaruh luar dan kekeringan. Fornix praeputii adalah daerah dimana praeputii
bertaut denagn penis tepat caudal dari gland penis. Dinding preputium dilapisi
oleh epitel kelenjar yang mensekresikan cairan berlemak. Cairan kental berlemak
tersebut bercampur dengan reruntuhan sel epitel yang mati dan bakteri pembusuk
dan sering berbau tidak enak, disebut smegma preputii.
Penutup Topik Pembelajaran
a. Tes formatif dan kunci tes formatif
Soal
1. Sebutkan embrional alat reproduksi hewan jantan beserta perkembangannya pada
fase diferensiasi!
2. Sebutkan macam alat reproduksi hewan jantan beserta fungsinya!.
3. Buatlah diagram alat reproduksi sapi jantan!
4. Apa yang dimaksud dengan
a. Descencus testiculorum
b. Flexura sigmiodea
Jelas beserta contohnya pada hewan ternak!.
Kunci
1. Gonad bagian akan berkembang menjadi testes, tubulus mesonephros berkembang
menjadi vasa eferensia (duktulic efferentes). Duktus mesonephros akan
berkembang menjadi duktus epididymis dan duktus deferen (bermuara pada sinus
urogenitalis), bagian ujung duktus mesonephos akan berkembang menjadi kelenjar
vesikularis. Sinus urogenitalis pada hewan jantan berkembang menjadi urethra
kelenjar prostata dan kelenjar bulbourethralis
Catatan:
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini secara detail dan benar mahasiswa
disarankan mengikuti kuliah tatap muka pada minggu ke 2 membaca buku acuan (
Austin and Short, 1987 , Book II)
2. Alat-alat reproduksi hewan jantan terdiri dari:
a. Testis
b. Saluran reproduksi hewan jantan terdiri dari: Epididymis, Duktus deferen,
Urethra
c. Kelenjar kelamin tambahan : Kelenjar vesicularis, kelenjar prostata dan
kelenjar bulbourethralis
d. Penis
Catatan:
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini secara detail dan benar mahasiswa
disarankan mengikuti kuliah tatap muka pada minggu ke 2 dan ke 3. Disamping itu
mahasiswa disarankan untuk membaca buku acuan (Cupps, 1991, Hafez, 1993, Joe
Bearden and Fuquay, 1980)
3. Silahkan lihat dan pelajari pada buku Joe Bearden and Fuquay, 1980
4. a. Descencus testiculorum adalah turunnya testis dari rongga perut masuk
ke dalam scrotum.
b. Flexura sigmiodea adalah bangunan yang berbetuk S yang merupakan bentuk
penis pada saat tidak ereksi.
Catatan
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini secara detail dan benar mahasiswa
disarankan mengikuti kuliah tatap muka pada minggu ke 2 dan ke 3. Disamping itu
mahasiswa disarankan untuk membaca buku acuan (Cupps, 1991, Hafez, 1993, Joe
Bearden and Fuquay, 1980)
a. Petunjuk penilaian dan umpan balik
Pada saat mengerjakan latihan soal-soal terformatif usahakan mahasiswa mengerjakan
tanpa melihat buku acuan ataupun bahan ajar. Hal ini sangat penting untuk
mengetahui pemahaman mahasiswa pada topik yang diberikan tersebut. Apabila
mahasiswa tidak dapat menjawab lebih dari 50% soal-soal teresbut sebaiknya
mahasiswa mengulang belajar lagi dan mahasiswa tidak melanjutkan pada topik
pembelajaran pada minggu berikutnya. Demikian seterusnya sehingga mahasiswa
dapat menjawab lebih dari 75% dari latihan soal-soal tersebut.
Apabila mahasiswa selain dapat menjawab pertanyaan soal-soal tesebut diatas
dengan bahan-bahan penunjang lainnya di luar yang diberikan dalam kuliah
ataupun bahan ajar maka mahasiswa akan mendapatkan nilai bonus.
b. Tindak lanjut
Mahasiswa diperkenan untuk mempelajari topik pembelajaran berikutnya apabila
sudah menguasai minimal 75% topik pembelajaran ini. Mahasiswa juga
diperbolehkan membaca informasi yang berkaitan dengan topik ini lewat internet
untuk kemudian kita bahas bersama-sama pada saat diskusi di kelas. Mahasiswa
dapat membandingkan dan menyimpulkan perbedaan sistem reproduksi hewan jantan
dan betina apabila mahasiswa mengikuti topik pada minggu berikutnya. Untuk
pembahasan topik pembentukan sperma (spermatogenesis) dan transportasinya dalam
saluran reproduksi hewan betina mahasiswa dapat mengikuti kuliah tatap muka
pada minggu ke 13, 14 dan 15.
Daftar Pustaka
Arthur, G..E., D.E. Noakes and H. Pearson, 1982, Veterinary Reproduction
and Obstetrics, 5th edition, The English Language Book Society and Bailliere
Tindall, London.
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book
I: Germ cell and Fertilization, Cambridge University Press, Cambridge
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book
II: Embryonic and Fetal Development, Cambridge University Press, Cambridge
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book
III: Hormonal Control of Reproduction, Cambridge University Press, Cambridge.
Cupps, P.T., 1991, Reproduction in Domestic Animals, 4th edition, Academic
Press Inc, London.
Hafez, E.S.E., 1993, Reproduction in Farm Animals, 6th edition, Lea and
Febiger, Philadelphia.
Joe Bearden, H. and J.W. Fuquay, 1980, Applied Animal Reproduction, Reston
Publishing Company Inc., Virginia.
Sorensen, 1979, Animal Reproduction: Principles and Practise, McGraw-Hill, New
York.
Kunjungi juga http://blogs.unpad.ac.id/daatje/academic-site-2/bahan-ajar-reproduksi-ternak/ untuk materi yang lebih lengkap.
Anatomi Organ Reproduksi Ternak
Organ
Reproduksi ternak Jantan
Pada hewan yang
melakukan fertilisasi secara interna organ reproduksinya dilengkapi dengan
adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina.
Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk
memungkinkan sel sperma
meluncur menuju rahim.
System reproduksi ternak jantan
terdiri atas :
1. Testis
2.Epididimis
3.Duktus Deferens
4. Kelenjar aksesori (kelenjar
vesikulosa, prostate dan bulbouretralis )
5. Uretra
6. Penis
Organ Reproduksi ternak Betina
Hewan betina tidak hanya
menghasilkan sel-sel kelamin betina yang penting untuk membantu suatu individu
baru, tetapi juga menyediakan lingkungan dimana individu tersebut terbentuk,
diberi makan dan berkembang selama masa- masa permulaan hidupnya. Fungsi-fungsi
ini dijalankan oleh organ-organ reproduksi primer dan sekunder. Organ
reproduksi primer, ovaria, menghasilkan ova dan hormon-hormon kelamin betina
Organ-organ reproduksi sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari tuba
fallopii (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva.
Organ-organ reproduksi
sekunder adalah menerima dan menyalurkan sel-sel kelamin jantan dan betina,
memberi makan dan melahirkan individu baru. Alat-alat kelamin dalam digantung
oleh ligamentum lata. Ligament ini terdiri dari mesovarium, mesosalpinx dan
mesometrium yang masing-masing menggantung ovarium, tuba fallopii dan uterus.
Pada sapi dan domba, pertautan ligamentum lata adalah dorsolateral, di daerah
ilium, sehingga uterus terletak bagaikan tanduk domba jantan cekung ke arah
dorsal dan ovaria terletak dekat pelvis.
Comments
Post a Comment